FALSAFAH HIDUP

Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat -keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan . Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta

Kamis, 30 Juli 2009

Cegah Preeklamsia dengan Asam Folat


di kutip dari:kompas.com

OTTAWA, SENIN - Konsumsi asam folat atau folic acid selama kehamilan memang dikenal sangat bermanfaat terutama dalam mencegah kecacatan pada otak serta sistem syaraf bayi. Tetapi menurut penelitian para ahli di Kanada, manfaat asam folat tidak hanya sebatas pada mencegah kecatatan bayi. Konsumsi multivitamin yang mengandung asam folat pada awal kehamilan trimester kedua dapat mengurangi risiko terjadinya preeklamsia pada ibu hamil.

Menurut tim riset yang dipimpin Dr Shi Wu Wen di Universitas Ottawa, asupan folat yang seimbang berperan penting dalam perkembangan plasenta. Folat tampaknya memiliki manfaat terhadap pembentukan sel-sel endotelial, sel-sel khusus yang melapisi pembuluh darah di seluruh tubuh dan plasenta.

Preeklamsia, yang juga disebut toxemia kehamilan, adalah kelainan atau gangguan progresif yang ditandai kehdairan protein dalam urin serta tingginya tekanan darah. Gangguan ini dapat diikuti oleh gejala pembengakakan, meningkatnya bobot tubuh secara drastis, sakit kepala dan terganggunya penglihatan. Namun begitu pada beberapa wanita, preeklamsia hanya ditunjukkan dengan sedikit gejala.

Preeklamsia serta gangguan tekanan darah lainnya merupakan kasus yang menimpa setidaknya lima hingga delapan persen dari seluruh kehamilan. Dua penyakit ini pun tercatat sebagai penyebab utama kematian serta penyakit pada bayi dan ibu hamil di seluruh dunia. Preeklamsia juga dapat berubah menjadi eklamsia, atau kondisi lebih serius yang ditandai dengan kejang atau seizure. Komplikasi dari eklamsia dapat menimbulkan terputusnya plasenta serta kelahiran prematur.

Wen menjelaskan preeklamsia sebenarnya terdiri dari dua tahap. Pada tahap I, yang kemungkinan terjadi di akhir trimester pertama atau awal trimester kedua, ditandai dengan penurunan aliran darah pada plasenta. Pada tahap II, yang kemungkinan terjadi di awal trimester ketiga, ditandai dengan sindrom preeklamsia, yang disebabkan ketidaknormalan dari sel-sel endotelial ibu hamil.

Menurut Wen, lemahnya pembentukan pembuluh darah, peradangan serta ketidaknormalan sistem syaraf merupakan faktor-faktor yang bisa memberikan kontribusi. Tim yang dipimpin Wen juga membuat hipotesa bahwa dosis tinggi asam folat pada awal kehamilan dapat membantu pencegahan pada dua tahap preeklamsia tersebut.

Dalam risetnya, Wen beserta timnya memantau sebanyak 3.000 wanita hamil yang baru memasuki 12 hingga 20 minggu kehamilan. Sebanyak 2.713 (92 persen) di antaranya mengonsumsi asam folat atau multivitamin yang mengandung asam folat dengan dosis 1.0 milligram atau lebih.

Seperti yang telah diduga, suplemen asam folat mampu menekan rata-rata terjadinya preeklamsia. Sementara itu, preeklamsia hanya terjadi pada 2,17 persen wanita yang mengonsumsi asam folat, dan sekitar 5,04 persen terjadi pada mereka yang tidak mengonsumsi suplemen. Temuan ini dipublikasikan dalam American Journal of Obstetrics and Gynaecology.

Setelah peneliti mencocokan data serta mempertimbangkan pengaruh dari usia kehamilan, etnis, tingkat pendidikan, jumlah kehamilan sebelumnya , bobot tubuh, pendapatan, merokok, tekanan darah , diabetes dan sejarah mengidap preeklamsia, Wen dan rekannya menemukan bahwa asam folat dapat menurunkan risiko preeklamsia hingga 66 persen..

Penting di awal kehamilan
Tim yang dipimpin Wen juga menekankan, apakah wanita hamil mengonsumsi suplemen asam folat - sebelum atau sesudah konsepsi - atau apakah wanita ini berhenti atau melanjutkan asam folat pada trimester ketiga, rata-rata kasus preeklamsia tercatat lebih rendah ketimbang para wanita yang tidak mengonsumsi asam folat sama sekali.

Para ahli menyimpulkan bahwa pemberian suplemen asam folat di awal trimester pertama atau di awal trimester kedua akan sangat penting artinya untuk pencegahan preeklamsia. Menurut Wen, dosis asam folat yang direkomendasikan adalah 4 mg atau 5 mg untuk wanita yang kehamilannya memiliki risiko tinggi atau yang berisiko cacat tabung syaraf (neural tube defects/NTD)). Namun, jika dosis asam folat berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada perut, kulit dan kejang/seizures.

Pencegahan Preeklamsi: Faktor-faktor Gizi Kembali Disorot

Oleh: Sophie Alexander

Preeklamsi adalah suatu kondisi yang terjadi pada kehamilan yang membahayakan hidup ibu dan bayinya. Salah satu justifikasi pelayanan antenatal adalah untuk menurunkan risiko preeklamsi. Selama satu abad yang lalu, pelayanan antenatal meliputi berbagai strategi, termasuk pantangan terhadap udara dingin dan pengurangan konsumsi garam, untuk mencegah preeklamsi.1 Pada masa yang lebih belakangan, ada yang menyatakan bahwa preeklamsi tidak dapat dicegah; layanan antenatal harus ditujukan hanya untuk penanganan penyakit jika penyakit tersebut sudah muncul.2 Namun, kemungkinan untuk upaya pencegahan preeklamsi tetap diteruskan, dan kemungkinan ada faktor-faktor penting yang belum diketahui.

Sebuah petunjuk tentang pencegahan preeklamsi melalui faktor gizi telah muncul. Sebuah tim dari Seattle melaporkan hasil sebuah penelitian kasus kontrol tentang hubungan vitamin C dengan preeklamsi.3 Para peneliti menilai adanya paparan terhadap asam askorbat melalui pengukuran level dalam plasma darah dan melalui kuesioner intake makanan. Kedua metode tersebut menunjukkan bahawa perempuan dengan preeklamsi memiliki tingkat konsumsi asam askorbat yang kurang. Perempuan pada kelompok sepuluh persen terbawah kadar asam askorbat plasma empat kali kemungkinannya untuk mengalami preeklamsi. Temuan tentang hubungan khusus vitamin C ini sesuai dengan sebuah penelitian eksperimental randomisasi tentang suplementasi dua macam antioksidan (vitamin C dan E). Pada penelitian tersebut, yang dilakukan terhadap 283 perempuan risiko tinggi, preeklamsi secara nyata turun pada kelompok pemakai antioksidan (adjusted odds ratio [OR] 0,4; 95% confidence interval [CI] _ 0.17– 0.90).4 Selain itu, intervensi tersebut juga berhubungan dengan 21% (95% CI _ 4%–35%) penurunan rasio inhibator aktifator plasminogen 1 ke 2, sebuah penanda preeklamsi.

Dengan dukungan epidemiologis lebih lanjut tentang hubungan ini, pencegahan preeklamsi melalui intervensi diet menjadi suatu yang mungkin. Namun, hasil ini harus diletakkan dalam konteks intervensi-intervensi gizi pada masa lalu, yang pada suatu saat juga terlihat menjajikan. Intervensi-intervensi tersebut banyak macamnya dan meliputi baik penambahan atau pengurangan makanan.
Suplementasi
Pada pencegahan preeklamsi, suplemen yang paling sering diteliti adalah kalsium. Review oleh Cochrane mengidentifikasi 28 penelitian eksperimental, salah satu di antaranya masih berlangsung; 17 di antaranya dianggap tidak informatif, 10 penelitian masih menunggu overview terakhir terhadap 6604 perempuan.5 Hasil tergantung pada intake kalsium dasar. Pada enam penelitian yang dilakukan pada populasi dengan intake kalsium rendah, risiko preeklamsi diturunkan sebesar dua per tiga pada kelompok yang diberi suplementasi (risiko relatif [RR] 0.3; 95% CI 0.21– 0.49]). Tren semakin melemah jika suplementasi diterapkan pada populasi dengan intake kalsium tinggi (RR 0.9; 95% CI 0.71–1.05). Sebuah penelitian menemukan angka hipertensi pada anak-anak yang lebih rendah pada kelompok perlakuan.
Bahan lain yang sering diteliti adalah minyak ikan, yang telah menjadi obyek penelitian sejak Perang Dunia Kedua. Minyak ikan merupakan kandidat yang mungkin untuk upaya pencegahan, karena efek asam lemak n-3 yang telah diketahui dalam penyeimbangan prostacyclin/thromboxane-A2 pada preeklamsi. Pada sebuah penelitian eksperimental pada tahun 1938–1939, 5644 perempuan dirandomisasi, dan penurunan preeklamsi sebesar 31% terjadi pada kelompok perlakuan.6 Sayangnya, penelitian-penelitian eksperimental tentang minyak ikan akhir-akhir ini justru kurang memberi kesimpulan pasti. Dalam enam penelitian eksperimental multicenter, ada sedikit penurunan dalam risiko kelahiran preterm rekuren, tetapi tidak ada penurunan preeklamsi.7 Para penulis menyimpulkan bahwa “walaupun beberapa penelitian tentang pemberian minyak ikan ini memberi hasil yang menjanjikan, sampai hari ini belum terlihat dengan jelas keuntungan-keuntungan klinis yang berharga”.
Faktor nutrisi lain telah banyak dipikirkan namun tidak diteliti secara ekstensif. Sebagai contoh, di Hungaria, para peneliti menemukan hubungan antara preeeklamsi dengan adanya magnesium dalam air minum.8
Pantangan
Pantang garam (awalnya karena adanya edema yang merupakan bagian dari sindrom preeklamsi) selama bertahun-tahun merupakan rekomendasi standar untuk mencegah preeklamsi. Dua buah penelitian eksperimental kecil yang direview Cochrane tentang konsumsi garam tidak berhasil menunjukkan keuntungan atau risiko dari diet rendah garam.9
Jika garam tidak berbahaya, mungkin gula akan menjadi kandidat berikut untuk diperhatikan. Sebuah penelitian kohort menunjukkan nilai risiko untuk preeklamsi (OR 3.6, 95% CI 1.3–9.8) dengan intake tinggi sukrosa.10 Namun, review Cochrane mengenai diet-diet rendah energi (pada perempuan yang tidak mengalami kegemukan atau mengalami penambahan berat badan berlebihan pada awal kehamilan) tidak menunjukkan adanya efek pengurangan penambahan berat badan pada hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan atau preeklamsi.11
Tindakan Lebih Lanjut
Berdasarkan intervensi-intervensi yang mengecewakan tersebut, ada tiga kemungkinan pilihan. Yang pertama adalah menghilangkan ilusi-tidak satupun dari intervensi ini akan berhasil. Yang kedua adalah pandangan pragmatis-mari kita rekomendasikan perempuan yang hamil untuk mengkonsumsi jus jeruk, cocoa (untuk magnesium), kacang almonds dan hazelnuts (untuk vitamin E), salmon asap (untuk asam lemak n-3), dan keju (untuk kalsium), tetapi hindari yang manis-manis dan garam. Pandangan pragmatis ini masih disarankan oleh setidaknya satu rumah sakit pendidikan.12 Pilihan ketiga adalah membuat penelitian eksperimental randomisasi yang besar, melibatkan berbagai center, tentang antioksidan secara ideal, dengan melibatkan sampel perempuan berisiko yang cukup banyak (dengan riwayat preeklamsi dan diet yang buruk). Mungkin waktunya akan tiba untuk penelitian semacam itu. Pada saat para peneliti mempertimbangkan sebuah penelitian nutrisi yang baru, sebuah saran mungkin sudah menunggu. Pada dunia nyata, makanan tetap memberikan kenikmatan yang banyak.13 Sebuah makanan yang baik mungkin lebih menarik dibanding sebuah tablet multivitamin. Jadi mungkin baik juga mengelompokkan sampel penelitian dalam tiga kelompok: suplementasi dengan placebo, tablet dan makanan yang enak?
Diterjemahkan oleh: Siti Nurul Qomariyah
References
1. Loudon I. Some historical aspects of toxaemia of pregnancy. A review. Br J Obstet Gynaecol 1991;98:853–858.
2. Moutquin J-M, Garner PR, Burrows RF, et al. Report of the Canadian Hypertension Society Consensus Conference: 2. Nonpharmacologic management and prevention of hypertensive disorders in pregnancy. CMAJ 1997;157:907–919.
3. Zhang C, Williams MA, King IB, et al. Vitamin C and the risk of preeclampsia–results from dietary questionnaire and plasma assay. Epidemiology 2002;13:409–416.
4. Chappell LC, Seed PT, Briley AL, et al. Effect of antioxidants on the occurrence of pre-eclampsia in women at increased risk: a randomised trial. Lancet 1999;354:810–816.
5. Atallah AN, Hofmeyr GJ, Duley L. Calcium supplementation during pregnancy for preventing hypertensive disorders and related problems (Cochrane Review). Cochrane Database Syst Rev 2000;3:CD001059.
6. Olsen SF, Secher NJ. A possible preventive effect of low-dose fish oil on early delivery and pre-eclampsia: indications from a 50-yearold trail. Br J Nutr 1990;64:599–609.
7. Olsen SF, Secher NJ, Tabor A, Weber T, Walker JJ, Gluud C. Randomised clinical trials of fish oil supplementation in high risk pregnancies. Fish Oil Trials In Pregnancy (FOTIP) Team. Br J Obstet Gynaecol 2000;107:382–395.
8. Melles Z, Kiss SA. Influence of the magnesium content of drinking water and of magnesium therapy on the occurrence of preeclampsia. Magnes Res 1992;5:277–279.
9. Duley L, Henderson-Smart D. Reduced salt intake compared to normal dietary salt, or high intake, in pregnancy (Cochrane Review). Cochrane Database Syst Rev 2000;2:CD001687.
10. Clausen T, Slott M, Solvoll K, Drevon CA, Vollset SE, Henriksen T. High intake of energy, sucrose, and polyunsaturated fatty acids is associated with increased risk of preeclampsia. Am J Obstet Gynecol 2001;185:451–458.
11. Kramer MS. Energy/protein restriction for high weight-for-height or weight gain during pregnancy. Cochrane Database Syst Rev 2000;2:CD000080.
12. Szabo J, Pal A, Szabo-Nagy A. Preventing toxaemia. Lancet 2001; 357:2140.
13. Rozin P, Fischler C, Imada S, Sarubin A, Wrzesniewski A. Attitudes to food and the role of food in life in the U.S.A., Japan, Flemish Belgium and France: possible implications for the diethealth debate. Appetite 1999;33:163–180.
Dari Unit Kesehatan Reproduksi, School of Public Health, Université Libre de Bruxelles, Brussels, Belgium.
Korespondensi: Sophie Alexander, Reproductive Health Unit,
School of Public Health, Université Libre de Bruxelles 808, Route de Lennik,
1070 Brussels, Belgium; salexand@ulb.ac.be
Copyright © 2002 by Lippincott Williams & Wilkins, Inc.
sumber: EPIDEMIOLOGY July 2002, Vol. 13 No. 4 NUTRITION AND PREECLAMPSIA

Selasa, 21 Juli 2009

Gonorrhoeae

Bookmark and Share

dikutip dari:www.klikdokter.com

Gonorrhoeae atau gonore merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang pada umumnya ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi juga kontak secara langsung dengan eksudat yang infektif. Penyakit ini mempunyai insidens yang tinggi dibanding penyakit menular seksual lainnya. Walaupun angka kejadian penyakit ini sudah menurun sejak tahun 1970an, namun hampir 800.000 kasus baru ditemukan tiap tahun di AS. Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru setiap tahunnya. Penyakit ini lebih sering menyerah remaja dan dewasa muda, serta lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita.

PENYEBAB
Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini dapat menular ke orang lain melalui hubungan seksual dengan penderita. Penyakit ini juga dapat menular dari ibu ke bayinya saat melahirkan. Kita tidak akan terinfeksi gonore dari pemakaian handuk bersama maupun pemakaian toilet umum.

GEJALA
Masa inkubasi gonorrhea sangat singkat, pada pria umumnya berkisar antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama. Pada wanita masa inkubasi sulit untuk ditentukan karena pada umumnya tidak menimbulkan gejala.

Pada pria, awalnya terdapat rasa gatal dan panas di sekitar uretra, saluran yang menghantarkan urin dari kandung kemih ke luar tubuh. Selanjutnya, terdapat rasa nyeri saat buang air kecil dan keluar sekret kental berwarna keruh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah. Bila infeksi sudah semakin lanjut, nyeri akan semakin bertambah dan sekret semakin kental dan keruh. Selain itu terdapat nyeri pada waktu ereksi dan terkadang terdapat pembesaran kelenjar getah bening di selangkangan.

Pada wanita, gejala, kalaupun ada, dapat sangat ringan sehingga penderita tidak menyadarinya. Sebanyak 30%-60% wanita penderita gonore tidak memberikan gejala.Gejala yang timbul dapat berupa nyeri saat buang air kecil, buang air kecil menjadi lebih sering, dan kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah. Selain itu, terdapat sekret kental dan keruh yang keluar dari vagina.

PENGOBATAN
Bila menyadari mempunyai gejala-gejala seperti di atas, atau mempunyai pasangan seksual dengan gejala di atas, perlu memeriksakan diri ke dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan, seperti mengambil sekret dari vagina ataupun penis untuk dianalisa. Antibiotik adalah pengobatan untuk gonore. Pasangan seksual juga harus diperiksa dan diobati sesegera mungkin bila terdiagnosis gonore. Hal ini berlaku untuk pasangan seksual dalam 2 bulan terakhir, atau pasangan seksual terakhir bila selama 2 bulan ini tidak ada aktivitas seksual. Banyak antibiotika yang aman dan efektif untuk mengobati gonorrhea, membasmi N.gonorrhoeae, menghentikan rantai penularan, mengurangi gejala, dan mengurangi kemungkinan terjadinya gejala sisa. Pilihan utama adalah penisilin + probenesid. Antibiotik yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore, antara lain:

  1. Amoksisilin 2 gram + probenesid 1 gram, peroral
  2. Ampisilin 2-3 gram + probenesid 1 gram. Peroral
  3. Azitromisin 2 gram, peroral
  4. Cefotaxim 500 mg, suntikan Intra Muskular
  5. Ciprofloxacin 500 mg, peroral
  6. Ofloxacin 400 mg, peroral
  7. Spectinomisin 2 gram, suntikan Intra Muskular

Obat-obat tersebut diberikan dengan dosis tunggal.

PENCEGAHAN
Untuk mencegah penularan gonore, gunakan kondom dalam melakukan hubungan seksual. Jika menderita gonore, hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai. Walaupun sudah pernah terkena gonore, seseorang dapat terkena kembali, karena tidak akan terbentuk imunitas untuk gonore. Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa untuk mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan. Selain itu, juga menyarankan para wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga jika terkena infeksi dapat segera diobati dengan benar.[]

Syphilis

Bookmark and Share

dikutip dari:www.klikdokter.com

Syphilis merupakan infeksi bakteri yang dapat menjalar ke seluruh bagian tubuh. Tidak hanya menginfeksi sekitar alat kelamin, penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum ini sangat mudah menular melalui kontak seksual langsung vaginal, oral maupun anal. Bahkan syphilis juga dapat menular dari berciuman mulut ke mulut dengan penderita sebelumnya.

Gejala
Akan timbul sekitar 3 minggu sampai 6 bulan setelah berhubungan intim / sex, umumnya ditandai dengan :

  • Timbul benjolan dan luka di sekitar alat kelamin
  • Luka terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya tidak terasa sakit
  • Dalam beberapa minggu luka akan hilang, namun justru bakteri akan menetap pada tubuh dan penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini akan hilang juga, dan virus akan menyerang bagian tubuh lain
  • Terkadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti gejala flu
  • Muncul bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan intim/ sex

Jika tidak ditangani dan diobati, maka dalam jangka panjang dapat berakibat:

  • Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa-apa, setelah 5-10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan syaraf otak, pembuluh darah dan jantung
  • Pada perempuan hamil, penyakit ini dapat menular kepada bayi yang dikandungnya yang mengakibatkan kerusakan kulit, hati, limpa dan bahkan keterbelakangan mental.

Syphilis memiliki beberapa tahapan penyebaran infeksi pada tubuh manusia:

  1. Tahap I (Sipilis Primer)

Terjadi 9-10 hari setelah terinfeksi Timbul luka yang tidak nyeri di penis, bibir kemaluan atau leher rahim

  1. Tahap II (Sipilis Sekunder)

Terjadi beberapa bulan setelah tahap pertama Gejala berupa kelainan kulit bercak kemerahan tidak gatal, terutama pada telapak tangan dan kaki. Ada pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuh. Bisa juga berupa kutil di sekitar alat kelamin dan anus

  1. Tahap III (Sipilis Laten)

Tidak ada keluhan ataupun gejala, namun infeksi berlanjut menyerang alat-alat atau bagian tubuh lainnya. Kondisi ini hanya dapat dilihat melalui pemeriksaan darah khusus sipilis

  1. Tahap IV (Sipilis Tersier)

Timbul 5-30 tahun setelah tahap sipilis II. Terdapat kerusakan pada alat tubuh penting yang menetap pada otak, pembuluh darah dan jantung, serabut saraf dan sumsum tulang belakang. Pada bayi dan anak-anak akan menimbulkan: - Kelainan bentuk wajah - Kelainan tulang - Kebutaan, ketulian - Kelainan bentuk gigi yang khas - Kelainan kulit - Bahkan dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan meninggal

Pengobatan

Antibiotik dapat digunakan sebagai perawatan jika dapat terdeteksi dini. Namun pengobatan tidak dapat mengembalikan kerusakan yang terjadi akibat penyakit ini. Konsultasikan segera kepada dokter spesialis jika keluhan berlanjut.

Hindari hubungan seksual dengan orang yang bukan pasangan adalah hal terbaik untuk mencegah penyakit ini. Karena pengobatan terbaik untuk syphilis adalah mencegah syphilis itu sendiri.[]

Tips Pijat Perineum

Oleh : dr. Tri Rejeki Herdiana

Sumber : www.myfda.org

Meskipun episiotomi (menggunting perineum untuk melebarkan jalan keluar bayi) tidak lagi rutin dilakukan saat ini, namun alangkah baiknya apabila kita juga dapat mencegah kejadian episiotomi dan jahitan pada perineum di kala melahirkan.

Hal ini perlu dipikirkan terutama apabila Ibu sudah pernah mengalami episiotomi sebelumnya (dan merasakan tidak enaknya proses penyembuhan) atau ini adalah pengalaman melahirkan yang pertama kali.

Apa itu pijat perineum?

Perineum adalah area kulit antara liang vagina dengan anus (dubur) yang dapat robek ketika melahirkan atau secara sengaja digunting guna melebarkan jalan keluar bayi (episiotomi). Pijat perineum adalah teknik memijat perineum di kala hamil atau beberapa minggu sebelum melahirkan guna meningkatkan aliran darah ke daerah ini dan meningkatkan elastisitas perineum. Peningkatan elastisitas perineum akan mencegah kejadian robekan perineum maupun episiotomi.

Apa keuntungan pijat perineum?

Pijat perineum memiliki berbagai keuntungan yang semunya bertujuan mengurangi kejadian trauma di saat melahirkan. Keuntungannya diantaranya adalah :

  • Menstimulasi aliran darah ke perineum yang akan membantu mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan
  • Membantu ibu lebih santai di saat pemeriksaan vagina (Vaginal Touche)
  • Membantu menyiapkan mental ibu terhadap tekanan dan regangan perineum di kala kepala bayi akan keluar
  • Menghindari kejadian episiotomi atau robeknya perineum di kala melahirkan dengan meningkatkan elastisitas perineum

Penelitian yang diterbitkan di American Journal Obstretician and Gynecology menyimpulkan bahwa pijat perineum selama masa kehamilan dapat melindungi fungsi perineum paling tidak dalam 3 bulan pasca melahirkan. The Cochrane Review merekomendasikan bahwa pijat perineum ini harus selalu dijelaskan pada ibu hamil agar mereka mengetahui keuntungan dari pijat perineum ini. Pijat perineum ini sangat aman dan tidak berbahaya.

Kapan pijat perineum tidak dianjurkan?

Pijat perineum sebaiknya tidak dilakukan bagi ibu hamil dengan infeksi herpes aktif di daerah vagina, infeksi jamur, atau infeksi menular yang dapat menyebar dengan kontak langsung dan memperparah penyebaran infeksi.

Bagaimana cara pijat perineum?

Ibu sebaiknya memulai pijat perineum sekitar 4-6 minggu sebelum waktunya melahirkan atau pada kehamilan minggu ke-34. Teknik yang dapat dilakukan untuk pijat perineum adalah :

  • Cucilah tangan ibu terlebih dahulu dan pastikan kuku ibu tidak panjang. Pijatan ini dapat dilakukan sendiri atau oleh pasangan (suami)
  • Berbaringlah dalam posisi yang nyaman. Beberapa wanita ada yang berbaring miring dan menggunakan bantal untuk menyangga kaki mereka. Ada yang menggunakan posisi semi-litotomi atau posisi ‘mengangkang’
  • Ibu dapat menggunakan cermin untuk pertama kali guna mengetahui daerah perineum tersebut
  • Ibu dapat menggunakan minyak zaitun, minyak vitamin E, minyak kelapa, atau sweet almond. Lakukan pemijatan sebelum mandi pagi dan sore
  • Letakkan satu atau dua ibu jari (atau jari lainnya bila ibu tidak sampai) sekitar 2-3 cm di dalam vagina. Tekan ke bawah dan kemudian menyamping pada saat yang bersamaan. Perlahan-lahan coba regangkan daerah tersebut sampai ibu merasakan sensasi seperti terbakar, perih, atau tersengat
  • Tahan ibu jari dalam posisi seperti diatas selama 2 menit sampai daerah tersebut menjadi tidak terlalu berasa dan ibu tidak terlalu merasakan perih lagi
  • Tetap tekan daerah tersebut dengan ibu jari. Perlahan-lahan pijat ke depan dan ke belakang melewati separuh terbawah dari vagina. Lakukan ini selama 3-4 menit. Ingatlah untuk menghindari pembukaan saluran kemih, ibu dapat memulai dengan pijatan ringan dan semakin ditingkatkan tekanannya seiring dengan sensitivitas yang berkurang
  • Ketika ibu sedang memijat, tarik perlahan bagian terbawah dari vagina dengan ibu jari tetap berada di dalam. Hal ini akan membantu meregangkan kulit dimana kepala bayi saat melahirkan nanti akan meregangkan perineum itu sendiri
  • Lakukan pijatan perlahan-lahan dan hindari pembukaan dari katup uretra (lubang kencing) untuk menghindari iritasi atau infeksi

Dalam waktu beberapa minggu, ibu akan merasakan daerah perineum menjadi lebih elastis. Melahirkan dengan perlahan dan terkendali (mengikuti instruksi dokter ketika mendorong) adalah kunci jaminan perineum utuh dan mengurangi angka kejadian laserasi (robekan/perlukaan). Bayi harus berada di dalam kondisi baik dan ibu harus mengikuti segala hal yang diperintahkan oleh dokter/bidan.

Sumber : lotusshiatsutherapy.com

Teror A-H1N1 di Indonesia

Oleh : dr. Salma Oktaria

Bangsa ini tak pernah luput dari cobaan kesatuan bangsa, belum selesai membenahi diri mengingkatkan kewaspadaan ancaman berkembangnya pandemi virus flu A-H1N1, luka lama yang disebabkan para ulah tak bertanggung jawab mengebom J.W. Marriot dan Ritz Carlton terbuka menganga kembali.

Perhatian Indonesia dan dunia sukses teralih kepada peningkatan kewaspadaan penanggulangan terorisme di Indonesia. Keamanan diseluruh pintu akses masuk keluar wilayah di Indonesia semakin diperketat. Sejalan dengan proses peningkatan atensi keamanan hal tersebut bangsa ini juga dituntut untuk meningkatkan kewaspadaan ancaman berkembangnya pandemi virus flu A-H1N1.

Di Jepang sendiri, angka korban infeksi flu A-H1N1 menyentuh angka 4.000 pasien. Negara tetangga Indonesia sendiri, Australia korban infeksi flu A-H1N1 mencapai 7.933. Memang, bangsa ini sudah memiliki pengalaman akan belasan penyakit tropis yang lebih mematikan, namun bukan berarti kita kebal terhadap ancaman flu A-H1N1. Tetap saja hal-hal tersebut perlu ada tindakan penanggulangan yang agresif.

Peningkatan Kewaspadaan
Jika Anda tinggal di daerah di mana kasus flu babi telah teridentifikasi dan kemudian jatuh sakit dengan gejala-gejala infeluenza, termasuk demam, pegal-pegal seluruh badan, lemas, penurunan nafsu makan, pilek, nyeri tenggorokan, mual, atau muntah, atau diare, sebaiknya Anda menghubungi dokter atau rumah sakit yang dijadikan rujukan penanganan infeksi ini. Sebagai upaya pencegahan penularan ke orang lain, penderita disarankan untuk tetap beristirahat di rumah.

Seperti infeksi virus influenza pada umumnya, sebagian besar infeksi virus H1N1 (yang ringan) akan sembuh dengan sendirinya tanpa bantuan obat-obatan (self-limiting disease). Saat ini, kasus-kasus flu H1N1 di Amerika Serikat bersifat ringan dan membaik sendiri. Karena itu jika muncul gejala influenza, seperti biasa, yang dapat kita lakukan adalah mencoba membantu pasukan sistem imunitas (tubuh) memberantas virus dengan cukup beristirahat dan makan makanan yang bergizi secara teratur. Suplementasi vitamin atau meningkatkan konsumsi buah-buahan yang kaya vitamin juga dapat membantu.

Jika infeksinya lebih berat, dokter dapat memberikan obat-obat antivirus. Obat ini akan meredakan gejala dan mencegah komplikasi seperti pneumonia. Saat ini pada beberapa negara tersedia obat-obat antivirus yang efektif.

Terdapat dua kelas antivirus,

  1. adamantanes (amantadine dan remantadine), dan
  2. inhibitor neuraminidase influenza (oseltamivir dan zanamivir).

Khusus untuk serangan flu babi pada saat ini, direkomendasikan pemberian oseltamivir atau zanamivir.

Obat ini sama dengan yang disediakan untuk penanganan flu burung. Berdasarkan informasi dari Menteri Kesehatan Indonesia, di Indonesia masih terdapat persediaan cadangan oseltamivir sebanyak 5 juta dosis. Jadi dalam hal ini Indonesia cukup siap.

Obat antivirus tersebut sebaiknya diberikan tidak lama setelah diagnosis flu babi ditegakkan. Pemberian obat dilakukan selama 5 hari. Untuk orang dewasa, dosis oseltamivir adalah 75 mg per hari. Obat-obat ini masuk kategori C untuk keamanan penggunaan dalam kehamilan, artinya belum ada penelitian atau studi klinis mengenai kemanan obat-obat ini untuk ibu hamil. Karena efeknya pada kehamilan belum diketahui, penggunaan obat ini sebaiknya setelah dipertimbangkan risiko dan keuntungannya. Namun, selama ini belum ada laporan mengenai efek samping oseltamivir atau zanamivir baik pada ibu hamil maupun bayi yang kemudian dilahirkan.

Penanggulangan Infeksi
Yang perlu diperhatikan adalah apabila Anda merasa sangat sakit dan muncul gejala-gejala yang bersifat gawat darurat, Anda perlu segera mencari penanganan darurat di Rumah Sakit. Pada anak, tanda-tanda gawat darurat tersebut, antara lain:

  • Sesak napas atau kesulitan bernapas
  • Warna kulit kebiruan
  • Tidak mau minum atau tidak cukup minum
  • Anak menjadi tidur terus (penurunan kesadaran)
  • Anak menjadi sangat rewel sehingga tidak mau digendong
  • Gejala flu membaik namun kembali lagi dengan demam dan batuk-batuk yang lebih berat
  • Demam dengan merah-merah pada kulit.

Sedangkan, tanda-tanda gawat darurat pada orang dewasa, antara lain:

  • Kesulitan bernapas atau napas pendek-pendek
  • Nyeri atau terasa tekanan pada dada atau perut
  • Kepala seperti melayang
  • Seperti orang bingung
  • Muntah-muntah yang hebat atau terus menerus.

Saat ini peneliti sedang mengembangkan vaksin untuk virus strain baru ini. Namun, pada kelompok individu tertentu, dianjurkan emberian obat antivirus di atas sebagai profilaksis (pencegahan) infeksi, baik sebelum atau sesudah kontak. Kelompok individu tersebut, antara lain:

  • Orang dengan risiko tinggi komplikasi influenza yaitu orang dengan penyakit kronik atau orang tua yang kontak dengan pasien yang dicurigai atau terdiagnosis terkena infeksi flu babi
  • Anak sekolah yang memiliki risiko tinggi komplikasi influenza yang mengalami kontak erat (face-to-face) dengan pasien yang dicurigai atau terdiagnosis terkena infeksi flu babi.
  • Pelancong ke Meksiko yang memiliki risiko ringgi komplikasi influenza (orang dengan penyakit kronik atau orang tua)
  • Petugas medis yang memiliki kontak dengan pasien yang dikonfirmasi terkena infeksi flu babi tanpa proteksi.

Seperti biasa, mencegah lebih baik daripada mengobati. Pencegahan infeksi virus ini sebetulnya sederhana, yaitu dengan menjaga higienitas diri serta menghindari kontak dengan orang yang terlihat sakit. Seringlah cuci tangan dengan sabun atau menggunakan cairan antiseptik yang banyak dijual, terutama setelah batuk atau bersin, serta sebelum makan. Selain itu, jangan menyentuh mulut, hidung, atau mata dengan tangan.

Namun penting untuk diketahui, walau teror demi teror di Indonesia terus merajalela, peran yang paling krusiil dalam menghadapi dan menanggulangi ancaman pandemi virus A-H1N1 adalah meningkatkan kesadaran akan kewaspadaan kesehatan tubuh.[](SO/DA)