FALSAFAH HIDUP

Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat -keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan . Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta

Sabtu, 23 Mei 2009

Terapi agonis GnRH (Gonadotropin-Releasing hormone agonist,GnRH-a) untuk Nyeri pada Endometriosis

0leh:
Tita Husnitawati
SubBagian EndokrinologiReproduksi-Fertilitas Bagian Ostetri-Ginekologi FKUP-RSHS Bandung

Agonis GnRH adalah bentuk modifikasi dari GnRH yang mengikat reseptor GnRH pada hipofise dalam waktu lama, berbeda dengan GnRH alam yang mempunyai waktu paruh sangat pendek.1 Analog GnRH sudah cukup lama dikenal sejak ditemukan Schally dkk pada tahun 1977 yang berhasil mengisolasi, mengenal dan mensintesis Gn-RH.2 Gn-RH sintesis ini dikenal dengan istilah analog Gn-RH (Gn-RH-a). Hingga kini analog GnRH digunakan untuk beragam indikasi klinis antara lain: mencegah ovulasi dan menghentikan daur haid, menghentikan pertumbuhan dan memperkecil ukuran lesi endometriosis, memperkecil ukuran uterus, menghentikan pertumbuhan fibroma uterus dan meningkatkan penyusutan fibroma, perdarahan uterus disfungsi (PUD) dan kista ovarium.3 Kombinasi pengobatan operatif dengan analog GnRH merupakan pengobatan untuk endometriosis yang paling banyak dianut hingga kini dan yang paling rendah angka kekambuhannnya.


Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Berkala IV HIFERI Semarang, 26-28 Januari 2009
Peran GnRH pada sistem reproduksi
Terdapat 2 bagian besar dalam otak yang berperan penting dalam regulasi fungsi reproduktif, yaitu hipotalamus dan hipofise. Hubungan hipotalamus dan hipofise adalah melalui aliran darah yang berasal dari anyaman kapiler-kapiler di tengah hipotalamus yang mengalir ke dalam pembuluh darah portal menuruni tangkai/batang hipofise menuju hipofise anterior. Pesan-pesan dari hipotalamus ke hipofise disampaikan melalui zat neuroendokrin (realising hormon)yang disekresikan sel-sel hipotalamus dan ditansport ke hipofise oleh sistem pembuluh darah portal. Zat-zat neuroendokrin dalam hipotalamus memiliki efek stimulasi positif terhadap growth hormone (GH), thyroid-stimulating hormone (TSH), adenocortico tropic hormone (ACTH), sebagaimana halnya dengan gonadotropin Pituitary follicle-stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH). Sekresi FSH dan LH memerlukan rangsangan pulsatil GnRH hipotalamik yang membuat jumlah reseptor bertambah diantara dua denyutan. Pengeluaran GnRH secara konstan membuat respons awal (flare) yang terjadi dalam 10 hari pertama , diikuti pengaturan-turun (down regulation) konsentrasi reseptor, yang akan mendesentisasi hipofise untuk terus dirangsang.4

Mekanisme terjadinya nyeri pada endometriosis
Implan endometriosis mengakibatkan peradangan lokal yang mengiritasi ujung syaraf dan mengirimkan rangsangan noxious sepanjang jalur medula spinalis ke susunan syaraf pusat yang dirasakan oleh pasien sebagai perasaan terbakar, nyeri tumpul, nyeri tajam, seperti ditusuk dan kram. Reaksi peradangan lokal diperantarai oleh meningkatnya produksi sitokin dan prostaglandin yang berasal dari lesi endometriosis dan sel-sel sistim imun. Substansi ini juga merangsang perkembangan jaringan parut dan nodul sekeliling lesi yang akan menekan syaraf prifer mengakibatkan gejala nyeri dan menunjukkan neropati perifer. Gejala nyeri biasanya timbul ketika nodul tertekan saat pemeriksaan bimanual atau saat bersenggama. Kista coklat mungkin akan menekan organ lain pada pelvik mengakibatkan nyeri dan penekanan selama berkemih atau pergerakan usus. Karena meningkatnya sitokin sistemik dan prostaglandin oleh sel-sel sistem imun pada sirkulasi darah, banyak perempuan merasakan demam, nyeri dan perasaan kejang pada tubuhnya, mual, muntah, dan diare ketika haid.
Secara umum sakit dapat terjadi pada organ lain selain organ pelvik perempuan, di fihak lain implan endometriosis tidak biasanya asimtomatik. Walaupun beberapa pasien mungkin dapat memantau sendiri apakah ada hubungannya antara nyeri dengan beberapa fungsi tubuh, dan aktivitas fisik yang mengarah ke organ tertentu, tetapi pada keadaan ini beberapa pemeriksaan diagnosis dan konsultasi dengan spesialis lain diperlukan untuk menentukan apakah penyebab sakit tersebut endometriosis atau bukan ( organ lain). Jika tetap penyebab sakit tidak jelas maka penekanan ovarium oleh obat tertentu seperti DepotLupron dapat membantu membedakan nyeri apakah diakibatkan oleh endometriosis atau bukan. Telah dipercaya bahwa endometriosis tumbuh subur dalam pengaruh estrogen. Salah satu tujuan terapi endometriosis yaitu membuat kondisi hipoestrogen akan mengakibatkan lesi endometriosis atropi, sehingga kejadian nyeri berkurang.

Analog GnRH
Gn-RH alamiah merupakan hormon peptida pendek yang terdiri dari rangkaian 10 asam amino. Gn-RH ini memiliki waktu paruh yang singkat, ikatan reseptor yang lemah dan sangat mudah di hancurkan oleh enzim peptidase . Untuk mendapatkan analog Gn-RH , maka susunan asam amino pada Gn-RH alami diganti dengan asam amino lain pada rantai 6 dan 10. Menurut cara kerjanya analog Gn-RH di bagi dalam dua bentuk, yaitu agonis Gn-RH dan antagonis Gn-RH.
Agonis GnRh
Dengan mensubstitusi asam amino terpilih atau dengan etilamid pada posisi 6 dan atau 10 (asam amino glisin) pada Tabel 1 disintesis GnRH analog. Substitusi ini akan meningkatkan afinitas dengan reseptor GnRH dan mencegah degradasi oleh enzim endo-peptidase atau karboksiamid peptidase sehingga meningkatkan waktu paruh 8 menit menjadi 5 jam
Table 1 – Struktur dan potensi relatif agonis GnRH
Agonis GnRH Potensi relatif
Buserelin D-Ser (TBU) untuk Gly-6 100
Nafarelin D-(2Nal) untuk Gly-6 100
Leuprorelin D-Leu untuk Gly-6 50
acetate Ethylamide untuk Gly-10
Goserelin D-Ser (TBU) untuk Gly-6 50
Az-Gly untuk Gly-10
Triptorelin D-Trp untuk Gly-6 100
Tabel 1. Struktur dan Potensi Relatif Agonis GnRH

Pada pemberian agonis Gn-RH secara kontinyu (tanpa berdenyut), maka agonis Gn-RH tersebut akan menduduki reseptor di hipofisis anterior, dengan cara mengurangi sensitifitas hipofisis terhadap rangsangan agonis Gn-RH , sehingga terjadi penurunan sekresi LH dan FSH. Akibatnya produksi estrogen dan progesteron pun oleh ovarium akan berkurang (receptor down-regulation). Long-acting GnRH agonist ini (leuprolide, nafarelin, goserelin) mengakibatkan keadaan hipogonadal hipogonadotropik yang disebut pseudomenopause atau ooforektomi medikal , tetapi kedua istilah itu kurang tepat karena pada menopause ovarium tidak memproduksi estrogen karena tidak ada folikel. Pada kedua keadaan tersebut terjadi kenaikan kadar gonadotropin yang bermakna. Sebaliknya perempuan yang mendapat terapi agonis GnRH tidak memproduksi estrogen karena kedua ovarium tidak mendapatkan rangsang gonadotropin yang adekuat; akibatnya kadar FSH dan LH sangat rendah. Aksi agonis GnRH pada terapi endometriosis yang memicu kondisi kekurangan estrogen dan amenore, akan menghilangkan semua kemungkinan penyemaian baru pada peritoneum (pertumbuhan baru endometriosis).1
Pada awal pemberian terjadi stimulasi reseptor dan dengan sendirinya terjadi pengeluaran LH dan FSH dalam jumlah besar, sehingga terjadi pemicuan sintesis estrogen dan progesteron di ovarium (flare up). Ikatan reseptor agonis Gn-RH ini sangat kuat (slow reversibility), sehingga meskipun pemberiannya telah dihentikan namun efeknya terhadap tubuh manusia masih ada berbulan-bulan. Karena cara kerjanya yang menimbulkan flare up, dan mengurangi sensitivitas hipofisis anterior, maka analog Gn-RH jenis ini disebut pula sebagai agonis Gn-RH.
GnRH agonist dapat diberikan intramuskuler, subkutaneous atau intranasal tergantung jenis obat yang dipakai. Terapi diberikan berupa suntikan tiga bulanan, satu bulanan dan harian atau semprotan intranasal
Tabel 2. Bentuk, Dosis, Nama Generik dan Nama Dagang Analog GnRH
Nama generik Nama dagang Bentuk Dosis
Buserelin Suprecur Semprotan intranasal Dua kali semprotan pada setiap lubang nasal setiap 8 jam (tiga kali sehari).
Suprefact injectable Suntikan harian Dosis diawali 200 mikogram sehari dan dapat dinaikan maksimal 500 mikogram.
Goserelin Zoladex Suntikan satu bulanan atau tiga bulanan Disuntikan di bawah kulit pada perut bagian bawah
Leuprorelin
Leuprolide Lupron Depot, Tapros, Endrolin Suntikan satu bulanan atau tiga bulanan Disuntikan di bawah kulit pada daerah perut, lengan atau otot pantat/paha
Prostap SR
Enantone
Lucrin Depot
Trenantone-Gyn Sutikan tiga bulanan
Naferelin
Synarel Semprotan intranasal Disemprotkan pada satu lubang hidung pada pagi hari dan satu semprotan pada lubang hidung lainnya pada malam hari setiap hari. Pada beberapa perempuan dosis ini tidak mengganggu pola haid sehingga dapat dinaikkan menjadi satu semprotan pada ke dua lubang hidung setiap pagi dan malam.
Synarella
Triptorelin Decapeptyl SR Suntikan satu bulanan dan tiga bulanan Disuntikan di bawah kulit atau pada otot pantat.
Gonapeptyl Suntikan satu bulanan
Tabel 2. Bentuk, Dosis, Nama Generik dan Nama Dagang Analog GnRH
Pada pemakaian terapi lebih dari dua minggu produksi estrogen akan berhenti mengakibatkan implan endometriosis menjadi inaktif dan berdegenerasi. Kebanyakan perempuan mengalami henti haid pada dua bulan terapi dan mengalami perdarahan bercak setelah 10-14 hari pemberian terapi. Empat sampai 8 minggu pemberian terapi gejala mulai menghilang. Haid timbul kembali setelah 4-6 minggu pemakain obat semprotan dan 6-10 minggu setelah suntikan terakhir.4

Efektivitas Pengobatan Untuk Gejala Nyeri
Penggunaan sebelum operasi
Sebaiknya tidak diberikan dengan tujuan mengurangi perluasan lesi peritoneal (implan superfisial) karena dapat mempersulit operator mengidentifikasi kelainan.4 Kejadian penyusutan endometrioma pada pemberian agonis GnRH sebelum pembedahan masih diperdebatkan6-7
Penggunaan setelah pembedahan
Enam bulan pemakaian agonis GnRH segera setelah pembedahan akan menurunkan gejala kekambuhan,8 dan memperpanjang timbulnya kekambuhan.4 Hasil ini lebih efektif dibandingkan pemakaian kontrasepsi oral setelah pembedahan.9
Pengunaan pada kekambuhan penyakit
Pengobatan dapat dilanjutkan tetapi dengan hati-hati mempertimbangkan dosis dan lama pemberian untuk mencegah atau memperkecil hilangnya densitas tulang.7 Beberapa peneliti melaporkan bahwa penipisan tulang kurang jelas terjadi selama terapi tulang.7 Pemberian terapi add-back akan memperkecil risiko dan memungkinkan terapi dilanjutkan sampai lebih dari dua tahun.4
Keberhasilan agonis GnRH banyak dilaporkan para peneliti. Kesembuhan nyeri pelvik dan nyeri haid mencapai 80 -90%, angka kehamilan mencapai rata-rata 52 %, sedangkan angka kejadian residif juga rendah. Peneliti lain melaporkan: pengobatan nyeri mencapai kesembuhan 80-100%, amenorea hilang 100%, nyeri panggul hilang 50-100%. Rekurensi terjadi 20% pada nyeri menstruasi, akan tetapi tidak ada rekurensi pada dispareunia pada observasi selama 6 bulan. Angka kehamilan banyak dilaporkan para peneliti. Werlin memperoleh kehamilan 3 bulan pasca pengobatan. Pada endometriosis derajat ringan angka kehamilan 10-57% dalam waktu 2-8 bulan. Hal ini bervariasi tergantung stadium endometriosis.4,12

Efek Samping
Efek samping obat yaitu hipogonadisme, termasuk hot flushes, pengeringan vagina progresif, menurunnya libido (karena produksi estrogen dan androgen ditekan), depresif, iritabilitas, lemah, sakit kepala, perubahan kulit dan hilangnnya mineral tulang. Terapi GnRH agonist tidak mengubah lipid serum dan konsentrasi lipoprotein seperti yang terjadi pada terapi danazole atau progestin dosis tinggi. Turunnya mineral tulang yang bermakna ada hubungannya dengan regimen terapi standar GnRH agonist (enam bulan); hilangnya mineral tulang baik pada vertebrae lumbar (tulang trabekuler) dan leher femoral (tulang kortikal) dan dapat mencapai 1% per bulan bahkan lebih. Setelah pengobatan dihentikan, mineral tulang yang menurun lambat laun membaik, tetapi tidak semua wanita mengalaminaya. Hilangnya bagian tulang trabekuler dapat menyebabkan kerusakan stuktur tulang yang tidak dapat kembali secara membaik secara efektif.1

Terapi add-back
Dalam mencegah kehilangan mineral tulang sejumlah stategi terapi add-back telah dikembangkan. Regimen kombinasi estrogen dosis rendah dan progestin (conjugated estrogens 0,62 mg dan medroksiprogesteron asetat 2,5 mg/hari) berdasarkan dugaan bahwa kadar estrogen yang diperlukan untuk mendukung endometriosis adalah lebih besar daripada kadar esrogen untuk mencegah gejala vasomotor hilangnya mineral tulang. Hasil untuk dicapai dengan menambah regimen add-back kombinasi estrogen dosis rendah dan progestin yang disebut estrogen threshold hypothesis. Bagaimanapun juga add-back therapy hanya dengan estrogen dosis rendah sebaiknya tidak dianjurkan; percobaan klinis akhir-akhir ini (etrogen oral 1 mg/ hari) telah dihentikan secara dini karena terjadi kekambuhan nyeri. Beberapa regimen add-back telah dijelaskan, termasuk progestin saja (noretindron 2,5-5 mg/ hari, tibolon 2,5 mg/hari, bifosfonat (etidronat siklik) 400 mg/ hari untuk 2 minggu setiap 2 bulan, alendronat 10 mg/ hari), dan kebanyakan saat ini dipakai selective estrogen receptor modulators, SERM (ralokxifen 60 mg/hari). Regimen terapi add-back kombinasi estrogen-progestin melindungi tulang dan mempunyai keuntungan tambahan untuk mencegah hot flushes dan atropi urogenital. Efektifitas regimen add-back progestin saja kurang konsisten. Endometriosis sendiri tidak dihubungkan dengan hilangnya milneral tulang.1
Antagonis GnRH
Dewasa ini telah berhasil di temukan jenis Gn-RH analog yang lain, dimana cara kerjanya jauh berbeda dengan Gn-RH agonis, yang dinamakan Gn-RH antagonis. Dahulu para ahli selalu gagal menggunakan Gn-RH antagonis generasi I dan ke II, karena memiliki efek pengeluaran histamin pada tempat penyuntikan. Dewasa ini telah banyak digunakan antagonis GnRH generasi ketiga untuk pengobatan endometriosis. Generasi ketiga ini tidak memiliki efek terhadap pengeluaran histamin pada tempat penyuntikan, dibandingkan dengan antagonis GnRH generasi I dan II. Cara kerja antagonis GnRH adalah dengan menduduki reseptor di hipofisis anterior tanpa terjadi stimulasi reseptor, artinya tanpa terjadi pengeluaran FSH dan LH pada saat awal pemberian (tanpa flare up). GnRH antagonis berikatan dengan reseptor GnRH dan bekerja dengan cara kompetitif dengan GnRH alamiah.4 Gn-RH antagonis diperoleh dengan cara mengganti susunan asam amino Gn-RH alamiah pada rantai 1,2,3,6,8 dan 10. Karena Gn-RH antagonis dapat dengan cepat melepaskan diri dari ikatan reseptornya, maka pemberiannyapun harus dilakukan sesering mungkin (tiap hari, atau tiap minggu).11
Pengobatan endometriosis dengan Gn-RH agonis, maupun antagonis merupakan pengobatan yang dewasa ini paling banyak dipakai. Angka kesembuhan nyeri pelvik dan nyeri haid mencapai 80 -90%, sedangkan angka kehamilan mencapai rata-rata 52 %, sedangkan angka kejadian residif juga rendah . Gn-RH agonis, maupun antagonis banyak di gunakan pada kasus endometriosis berat. Pada kista coklat, sebaiknya sebelum dilakukan tindakan pembedahan, diberikan pengobatan dengan Gn-RH analog selama 6 bulan. Tujuan pemberian Gn-RH analog adalah untuk mengurangi proses inflamasi dan vaskularisasi pada ovarium.11-2
Pustaka
1. Speroff. L, Fritz MA., Endometriosis , Clinical Gynecologic Endocrinology and
Infertility, 7th, William & Willkins, Baltimore. 2005; 1103 – 34.
2. Hooghe M.T, Hill, J. A, : Endometrisis, Novak's Gynecology, 14th , Williams &
Willkins, Baltimore USA,2007; 1137-84.
3. Speroff. L, Fritz MA. Neuroendocrinology , Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility, 7th, William & Willkins, Baltimore. 2005;146 – 85.
4. Schweppe K-W, Hummelshoj L. Recommendations on the use of GnRH in the management of endometriosis. In: Lunenfeld B (ed). GnRH Analogs in Human Reproduction. United Kingdom: Francis & Taylor, 2005:53-66.
5. Prentice A., Deary AJ, Bland E. Progestagens and anti-progestagens for pain associated with endometriosis. In: The Cochrane Library, Issue 3. Chichester: John Wiley & Sons Ltd, 2003.
6. Donnez J, Nisolle M, Gillerot S, et al. Ovarian endometrial cysts: the role of gonadotropin-releasing hormone agonist and/or drainage. Fertil Steril 1994;62:63-6.
7. Muzii L, Marana R, Caruana P, et al. The impact of preoperative gonadotropin-releasing hormone agonist treatment on laparoscopic excision of ovarian endometriotic cysts. Fertil Steril 1996;65:1235-37.
8. Hemmings R. Combined treatment of endometriosis. GnRH agonists and laparoscopic surgery. J Reprod Med 1998;43(3):31620.
9. Muzii L, Marana R, Caruana P, et al. Postoperative administration of monophasic combined oral contraceptives after laparoscopic treatment of ovarian endometriomas: a prospective, randomised trial. Am J Obstet Gynecol 2000;183:588-592.
10. Uemura T, Yoshikata H, Ishikawa M, et al. Effects of pre-treatment with GnRH-Agonists on bone mineral density in patients with endometriosis. 5th International Symposium on GnRH-Analogues in Cancer and Humann Reproduction, Geneva, Switzerland, 1999: abstract 45
11. Huirne JAF, Lambalk CB, Janssens R, Schoemaker J. GnRH agonist versus antagonist, where are we today ?. The First World Congress On: Controversies in Obstetric, Gynecology & Infertility. Prague, Czech Republic-1999
12. Ling, FW. Randomized controlled trial of depot leuprolide in patients with chronic pelvic pain and clinically suspected endometriosis. Pelvic Pain Study Group. Obstet Gynecol 1999; 93:51.

Jumat, 15 Mei 2009

BAHAN KIMIA MENGURANGI KESUBURAN

Sumber : The Times

Bahan kimia yang terdapat di dalam pembungkus makanan, pestisida, dan barang-barang rumah tangga dapat berkaitan dengan gangguan kesuburan pada wanita, berdasarkan data dari penelitian terbaru.

Penelitian yang melibatkan 1240 wanita menemukan bahwa kadar yang tinggi dari perfluorinated chemicals (PFCs) di dalam aliran darah wanita dapat mempengaruhi lamanya waktu memiliki keturunan. Mereka dengan kadar PFCs yang tinggi di dalam darah memiliki kemungkinan memiliki anak lebih lama dibandingkan mereka yang memiliki kadar rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di University of California Los Angeles (UCLA), memberikan salah satu bukti nyata bahwa pajanan bahan kimia dapat mempengaruhi infertilitas (ketidaksuburan). Penelitian ini diterbitkan di dalam Journal Human Reproduction.

Masih mungkin bahwa kadar zat kimia yang tinggi di aliran darah adalah hasil dari faktor lain yang mempengaruhi keseuburan seperti obesitas. Wanita yang banyak mengonsumsi makanan siap-jadi dan sudah di-packing serta mengonsumsi lebih banyak PFCs, dapat memiliki kemungkinan lebih besar untuk menjadi obesitas dan memiliki kesuburan yang rendah.

Profesor Jorn Olsen, dari UCLA, yang memimpin penelitian ini mengatakan, “Kami sedang menanti penelitian lebih jauh untuk mengonfirmasikan penelitian ini dan untuk menemukan apakah PFCs sebaiknya dimasukkan ke dalam faktor risiko gangguan kesuburan. Profesor Tony Rutherford, ketua dari the British Fertility Society, mendeskripsikan bahwa hasil dari penelitian ini cukup menarik dan patut untuk ditelusuri lebih lanjut.


Rabu, 13 Mei 2009

BERAT BADAN TURUN, SEKS PUN OKE



Para lelaki yang mengalami kegemukan atau obesitas dikatakan bakal dapat merasakan kembali gairah seksual yang meluap setelah mereka berhasil menurunkan berat badan. Demikian sebuah penelitian baru mengungkapkan.
Riset ini melibatkan 97 pria dengan usia rata-rata 48 tahun ini dan semuanya mengalami obesitas yang tidak wajar. Kesimpulan ini didapat dari laporan yang disampaikan para pria ini sebelum dan setelah mereka menjalani operasi bedah gastric by pass hingga melorot berat badannya.
"Kami memperkirakan bahwa seorang pria yang mengalami kegemukan tak wajar bakal mengalami disfungsi seksual seperti yang dialami para lelaki yang usianya 20 tahun lebih tua," demikian para ahli menyimpulkan.
Temuan ini dipublikasikan Bulan Desember lalu di Journal of the American College of Surgeons.
Mengenai operasi bedah bypass gastric, ada beberapa hal yang perlu diketahui. Prosedur ini tentu saja bukannya tanpa komplikasi, bahkan kerap mengecewakan. Para ahli menyatakan agar tindakan ini dilakukan bila diet dan olahraga sudah tidak bisa dilakukan.
Efek samping yang sering terjadi seusai operasi antara lain anemia, diare, kegagalan fungsi pernapasan, pengentalan darah, pusing-pusing atau pening, sampai kematian. Bahkan, National Institute of Health (NIH) menyebutkan tindakan ini dapat menyebabkan penyerapan gizi tidak dapat berlangsung efektif. Namun, setidaknya kehidupan seks menjadi lebih baik.
Yang jelas, bedah gastric bypass tak akan sukses tanpa perubahan gaya hidup dan diet. "Tanpa merubah gaya hidup, operasi akan sia-sia." seperti dikutip dari NIH. Tentu saja, penurunan berat badan dengan cara alami sangat dianjurkan. Banyak yang sudah berhasil melakukannya, kenapa Anda tidak?[]
Sumber:http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/01/06/20280893/berat.badan.turun.seks.pun.oke

SEKSOLOGI: WILAYAH SENSITIF



SETIAP orang memiliki area sensual yang berbeda, menurut terapis seks dari The British Association of Sexual and Marital Therapists, Anne Hooper. Bagi Tono, leher bisa jadi merupakan area yang menyenangkan saat digelitiki atau diciumi pacarnya. Bagi Andi, lain lagi. Leher tidak berarti apa-apa buatnya karena dia tidak merasakan sesuatu yang istimewa ketika istrinya mencumbunya di wilayah itu.
Sebab itu, memetakan wilayah sensual pada tubuh adalah hal penting buat setiap pasangan. Anne Hooper mengajak kita untuk melakukan beberapa permainan ini:
Berbaringlah satu sama lain berdekatan dengan pasangan Anda tanpa pakaian sehelai pun. Mintalah pasangan Anda untuk melakukan sentuhan lembut pada area tertentu. dan buatlah skala pada area itu.
Jika area tersebut rasanya begitu istimewa dan menyenangkan, berilah nilai 3. Jika tidak terlalu istimewa berilah nilai 0. Dan bila rasanya sungguh tidak menyenangkan, berilah nilai minus 3. Dengan cara ini Anda dapat mengetahui wilayah mana yang sensitif dari pasangan Anda masing-masing.
Anne menegaskan, tidak setiap area yang saat disentuh terasa menyenangkan di lain hari akan menyenangkan juga. Ini tergantung juga kondisi kita masing-masing. Karena itu, supaya kita tahu, paham dan semakin mengenal pasangan kita dan diri kita masing-masing, pemetaan itu perlu kita lakukan dalam kondisi yang berbeda-beda. Saat pasangan sedang punya mud besar, sedang capai, atau sedang apa saja. Dan perhatikan, wilayah mana yang setiap kali disentuh selalu menyenangkan tanpa peduli keadaan hati. Mau dicoba?[]
Sumber: http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/01/26/22345528/petakan.wilayah.sensitif.anda

MASTURBASI PADA USIA 20 DAN 30-AN





Pria yang aktif secara seksual pada usia 20-an dan 30-an memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker prostat, terutama apabila frekuensi masturbasi mereka cukup tinggi, berdasarkan penelitian pada lebih dari 800 pria yang diterbitkan di dalam British Journal Urology International (BJU International).
Para peneliti di United Kingdom juga mengungkapkan hasil penelitian mereka dimana aktivitas seksual pada pria berusia 40-an memiliki efek yang lebih rendah dan bahkan frekuensi yang lebih kecil lagi pada pria berusia 50-an dapat memberikan perlindungan dari kanker prostat. Penelitian ini lebih banyak ditujukan pada aktivitas masturbasi dibandingkan dengan hubungan intim pasangan.
Penelitian yang dipimpin oleh Universitas Nottingham, mengambil subjek penelitian (dengan fokus pada aktivitas seksual mereka) lebih dari 431 pria yang telah didiagnosis kanker prostat sebelum usia 60 tahun, bersama dengan 409 subjek kontrol.
Pria-pria yang berpartisipasi di dalam penelitian ini diberikan pertanyaandari berbagai aspek mengenai kehidupan seksual mereka sejak usia 20-an, termasuk pada usia berapa mereka mulai aktif secara seksual, seberapa sering mereka bermasturbasi dan melakukan hubungan intim, berapa jumlah partner seksual mereka, dan apakah mereka memiliki Penyakit Menular Seksual.
“Kami mencari hubungan antara aktivitas seksual dan pria muda sama seperti hubungan antara kanker prostat pada pria tua dimana prevalensi penyakit tersebut meningkat pada pria berusia 50 tahun,” kata Dr Polyxeni Dimitropoulou dari Universitas Cambridge.
Hormon memainkan peranan di dalam kanker prostat dan umumnya pengobatannya adalah mengurangi kadar hormon yang menstimulasi pertumbuhan sel kanker. Libido seorang pria juga diregulasi oleh kadar hormonal ini, karena itulah penelitian ini mencoba mencari hubungan antara libido seorang pria dengan risiko dari kanker prostat.
Semua pria dengan kanker prostat didiagnosis pada usia 50-an. Sebagian besar pria yang berpartisipasi di dalam penelitian ini (97%) adalah kulit putih dan mayoritas menikah (84%) atau menjanda, berpisah atau bercerai (12%).
Beberapa point yang menarik dikemukakan di dalam penelitian ini :
59% pria di kedua grup mengatakan bahwa mereka berhubungan seksual aktif (intercouse atau masturbasi) 12 kali/bulan atau lebih pada usia 20-an. Angka ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia menjadi 48% pada usia 30-an, 28% pada usia 40-an, dan 13% pada usia 50-an
39% dari grup yang menderita kanker memiliki 6 partner wanita atau lebih, dibandingkan dengan angka 31% pada grup kontrol
Pria dengan kanker prostat memiliki kecenderungan menderita Penyakit Menular Seksual dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita kanker prostat
Sebagian besar pria dengan kanker prostat memiliki aktivitas seksual (intercouse atau masturbasi) lebih tinggi dibandingkan pria dari grup kontrol. 40% pria dengan kanker prostat memiliki frekuensi tertinggi pada usia 20-an (20 kali atau lebih/bulan) dibandingkan dengan 32% dari grup kontrol. Pola yang sama juga diketemukan pada pria usia 30-an dan 40-an. Pada usia 50-an, 31% dari masing-masing grup termasuk di dalam kategori cukup sering (10 kali atau lebih/bulan)
Pria dengan kanker prostat lebih sering bermasturbasi dibandingkan pria dari grup kontrol, dengan frekuensi tertinggi pada usia 20-an (34% vs 24%) dan 30-an (41% vs 31%). Perbedaan tidak terlalu jauh pada usia 40-an (34% vs 28%) dan usia 50-an (25% vs 26%)
Yang membuat penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya adalah fokus dari penelitian mengarah pada usia muda dan melibatkan baik masturbasi maupun intercourse pada berbagai tahapan kehidupan. Secara garis besar, penelitian ini menemukan hubungan yang cukup signifikan antara kanker prostat dan aktivitas seksual pada pria usia 20-an dan antara masturbasi dan kanker prostat pada usia 20-an dan 30-an. Bagaimanapun juga, belum ada hubungan yang signifikan antara aktivitas seksual dengan kanker prostat pada usia 40-an.
Penjelasan yang paling rasional untuk efek proteksi pada pria usia 50-an berasal dari hubungan seksual, dan terutama masturbasi. Hubungan seksual ataupun masturbasi adalah pelepasan dari racun yang berakumulasi selama aktivitas seksual dan mengurangi risiko menderita kanker di daerah prostat. Teori ini belum berdiri stabil dan penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
Sumber : British Journal Urology International (SEPERTI DIKUTIP KLIKDOKTER MENUJU SEHAT)